nama : ahmad maftuh
kelas : 2ic08
NPM : 20414580
DAMPAK KABUT ASAP TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN
Tahukah Anda? Bahwa kabut asap yang diakibatkan
oleh kebakaran hutan seperti yang sering terjadi di Indonesia terutama yang
saat ini sedang melanda daerah Riau, Jambi, Palembang dan daerah
sekitarnya dapat menyebabkan dampak buruk sekaligus berbahaya terhadap
kesehatan. Dampak yang paling parah dari pengaruh kabut asap ialah penyakit
radang paru paru yang dikenal dengan paru paru basah ( pneumonia ) ron hadir
dalam tubuh Anda. Nah, jika radang paru paru sudah masuk ke dalam tubuh Anda,
maka dalam jangka waktu yang tidak lama lagi Anda akan terkena peradangan
selaput otak ( meningitis ), bahkan dalam kasus terparah ialah kegagalan
pernafasan. Sedangkan dampak dan bahaya kabut asap yang paling sering terjadi
ialah infeksi saluran penfasan akut ( ISPA ). Dalam catatan Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), sudah 13 orang yang meninggal akibat
infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA) dan dua orang lainnya meninggal karena terhalang jarak pandang.
atas (ISPA) dan dua orang lainnya meninggal karena terhalang jarak pandang.
Dari catatannya, secara keseluruhan sudah ada
15 orang, dimana yang 13 orang meninggal di antaranya lantaran menghirup asap
sehingga terkena ISPA. Mereka tersebar di wilayah Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Barat (Kalbar). Berikut ini
beberapa dampak ronchit dan bahaya kabut asap bagi kesehatan ( dikutip dari http://dinkes.barito
kualakab.go.id ), diantaranya :
§ Kabut asap dapat menyebabkan
iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi,
peradangan dan mungkin juga infeksi.
§ Kabut asap dapat memperburuk
penyakit asma dan penyakit paru kronis lain, seperti ronchitis kronik, PPOK dan
sebagainya.
§ Kemampuan kerja paru menjadi
berkurang dan menyebabkan seseorang mudah lelah dan mengalami kesulitan
bernapas.
§ Bagi mereka yang berusia
lanjut (lansia) dan anak-anak maupun yang mempunyai penyakit kronik, dengan
kondisi daya tahan tubuh yang rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan
kesehatan.
§ Kemampuan dalam mengatasi
infkesi paru dan saluran pernapasan menjadi berkurang, sehingga menyebabkan
lebih mudah terjadi infeksi.
§ Berbagai penyakit kronik juga
dapat memburuk.
§ Bahan polutan pada asap
kebakaran hutan dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan
yang tidak terlindungi.
§ Infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, terutama karena ketidak seimbangan daya
tahan tubuh (host), pola bakteri/virus penyebab penyakit (agent) serta buruknya
lingkungan (environment).
BAB II
LATAR BELAKANG
Kabut asap adalah
kumpulan asap dan kabut yang bercampur menjadi satu kesatuan. Yang memiliki
nilai kandungan halimun airnya lebih besar dari 0,1 Milimeter. Kabut bisa
terbentuk ketika kelembaban relatif udara sudah mencapai 100%”
Secara umum kabut asap dapat mengganggu kesehatan semua orang, baik
yang dalam kondisi sehat maupun dalam kondisi sakit. Pada kondisi kesehatan
tertentu, orang akan menjadi lebih mudah mengalami gannguan kesehatan akibat
kabut asap dibandingkan orang lain, khususnya pada orang dengan gangguan paru
dan jantung, lansia, dan anak-anak. Berikut ini dampak akibat gangguan asap
bagi kesehatan kita:
1.
Kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan
tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungkin juga
infeksi.
2.
Kabut asap dapat memperburuk penyakit asma dan penyakit paru kronis
lain, seperti bronkitis kronik, PPOK dan sebagainya.
3.
Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan seseorang mudah
lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
4.
Bagi mereka yang berusia lanjut (lansia) dan anak-anak maupun yang
mempunyai penyakit kronik, dengan kondisi daya tahan tubuh yang rendah akan
lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan.
5.
Kemampuan dalam mengatasi infkesi paru dan saluran pernapasan menjadi
berkurang, sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi.
6.
Berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.
7.
Bahan polutan pada asap kebakaran hutan dapat menjadi sumber
polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.
8.
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi,
terutama karena ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus
penyebab penyakit (agent) serta buruknya lingkungan (environment).
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama berbagi tips untuk
melindungi diri dari risiko gangguan kabut asap. Menurutnya, ada delapan hal
yang bisa dilakukan, Yakni:
1. Sedapat mungkin Hindari atau
kurangi aktivitas di luar rumah/gedung. Terutama bagi mereka yang menderita
penyakit jantung dan gangguan pernafasan.
2. Jika terpaksa pergi ke luar
rumah/gedung maka sebaiknya menggunakan masker.
3. Minum air putih lebih banyak dan
lebih sering 4. Bagi yang telah mempunyai gangguan paru dan jantung sebelumnya,
mintalah nasihat kepada dokter untuk perlindungan tambahan sesuai kondisi.
Segera berobat ke dokter atau sarana pelayanan kesehatan terdekat bila
mengalami kesulitan bernapas atau gangguan kesehatan lain.
4. Selalu lakukan perilaku hidup
bersih sehat (PHBS). Seperti makan bergizi, jangan merokok, istirahat yang
cukup dan lain-lain.
5. Upayakan agar polusi di luar
tidak masuk ke dalam rumah/sekolah/kantor dan ruang tertutup lainnya.
6. Penampungan air minum dan
makanan harus terlindung baik.
7. Buah-buahan dicuci sebelum
dikonsumsi. Bahan makanan dan minuman yang dimasak perlu di masak dengan baik.
8. Dampak yang ditimbulkan kebakaran
hutan ternyata sangat kompleks. Kebakaran hutan tidak hanya berdampak terhadap
ekologi dan mengakibatkan kerusakan lingkungan saja. Namun dampak dari kebakaran
hutan ternyata mencakup bidang-bidang lain.
Menurut Rully Syumanda (2003), menyebutkan ada 4 aspek
yang terindikasi sebagai dampak dari kebakaran hutan. Keempat dampak tersebut
mencakup dampak terhadap kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi, dampak terhadap
ekologis dan kerusakan lingkungan, dampak terhadap hubungan antar negara, serta
dampak terhadap perhubungan dan pariwisata.
Dampak Terhadap Sosial, Budaya, dan Ekonomi. Kebakaran
hutan memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi yang diantaranya meliputi: Terganggunya aktivitas sehari-hari; Asap
yang diakibatkan oleh kebakaran hutan secara otomatis mengganggu aktivitas
manusia sehari-hari, apalagi bagi yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.
Menurunnya produktivitas; Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran hutan
dapat mempengaruhi produktivitas dan penghasilan. Hilangnya sejumlah mata
pencaharian masyarakat di sekitar hutan; Selain itu, bagi masyarakat yang
menggantungkan hidup dari mengolah hasil hutan, dengan terbakarnya hutan
berarti hilang pula area kerja (mata pencarian). Meningkatnya hama; Kebakaran
hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak kesimbangan alam sehingga
spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol.
Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat sebagian
binatang kehilangan habitat yang kemudian memaksa mereka untuk keluar dari
hutan dan menjadi hama seperti gajah, monyet, dan binatang lain. Terganggunya
kesehatan; Kebakaran hutan berakibat pada pencemaran udara oleh debu, gas SOx,
NOx, COx, dan lain-lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
manusia, antara lain infeksi saluran pernafasan, sesak nafas, iritasi kulit,
iritasi mata, dan lain-lain. Tersedotnya anggaran negara; Setiap tahunnya diperlukan
biaya yang besar untuk menangani (menghentikan) kebakaran hutan. Pun untuk
merehabilitasi hutan yang terbakar serta berbagai dampak lain semisal kesehatan
masyarakat dan bencana alam yang diambilkan dari kas negara. Menurunnya devisa
negara.
Hutan telah menjadi salah satu sumber devisa negara baik
dari kayu maupun produk-produk non kayu lainnya, termasuk pariwisata. Dengan
terbakarnya hutan sumber devisa akan musnah. Selain itu, menurunnya
produktivitas akibat kebakaran hutan pun pada akhirnya berpengaruh pada devisa
negara. Kebakaran Hutan Dampak kebakaran hutan sangat komplek Dampak Terhadap
Ekologis dan Kerusakan Lingkungan.
Kebakaran hutan memberikan dampak langsung terhadap
ekologi dan lingkungan yang diantaranya adalah: Hilangnya sejumlah spesies;
selain membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup
sejumlah binatang. Bebrabagai spesies endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam
punah akibat kebakaran hutan. Erosi; Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai
penahan erosi. Ketika tanaman musnah akibat kebakaran hutan akan menyisakan
lahan hutan yang mudah terkena erosi baik oleh air hujan bahkan angin
sekalipun. Alih fungsi hutan; Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan waktu
yang lama untuk kembali menjadi hutan. Bahkan sering kali hutan mengalami
perubahan peruntukan menjadi perkebunan atau padang ilalang. Penurunan kualitas
air; Salah satu fungsi ekologis hutan adalah dalam daur hidrologis.
Terbakarnya hutan memberikan dampak hilangnya kemampuan
hutan menyerap dan menyimpan air hujan. Pemanasan global; Kebakaran hutan
menghasilkan asap dan gas CO2 dan gas lainnya. Selain itu, dengan terbakarnya
hutan akan menurunkan kemampuan hutan sebagai penyimpan karbon.
Keduanya berpengaruh besar pada perubahan iklim dan
pemansan global. Sendimentasi sungai; Debu dan sisa pembakaran yang terbawa
erosi akan mengendap di sungai dan menimbulkan pendangkalan. Meningkatnya
bencana alam; Terganggunya fungsi ekologi hutan akibat kebakaran hutan membuat
intensitas bencana alam (banjir, tanah longsor, dan kekeringan) meningkat.
Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara; Asap hasil kebakaran hutan menjadi
masalah serius bukan hanya di daerah sekitar hutan saja. Asap terbawa angin
hingga ke daerah lain bahkan mencapai berbagai negara tetangga seperti Singapura,
Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Dampak Terhadap Perhubungan dan Pariwisata; Kebakaran
hutan pun berdampak pada pariwisata baik secara langsung ataupun tidak.
Dampaknya seperti ditutupnya obyek wisata hutan dan berbagai sarana
pendukungnya, terganggunya transportasi, terutama transportasi udara. Kesemunya
berakibat pada penurunan tingkat wisatawan secara nasional. Mengingat
sedemikian kompleknya dampak yang diakibatkan oleh kebakaran hutan sudah
selayaknya kita semua mewaspadai. Sekalipun tinggal jauh dari hutan,
menumbuhkan kesadaran akan bahaya kebakaran hutan mungkin salah satunya.
BAB III
Indeks Standar Pencamaran Udara
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) (bahasa
Inggris: Air Pollution Index, disingkat API) adalah laporan kualitas udara kepada
masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara
kita dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan kita setelah menghirup udara
tersebut selama beberapa jam atau hari. Penetapan ISPU ini mempertimbangkan
tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, dan
nilai estetika.
Parameter-parameter
dasar untuk indeks standar pencemar udara (ispu) dan periode waktu pengukuran
|
||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||
Catalan :
1. Hasil pengukuran untuk pengukuran kontinyu diambil harga rata-rata tertinggi waktu pengukuran. 2. ISPU disampaikan kepada masyarakat setiap 24 jam dari data rata-rata sebelumnya (24 jam sebelumnya). 3. Waktu terakhir pengambilan data dilakukan pada pukul 15.00 Waktu Indonesia Bagian Barat (WIBB). 4. ISPU yang dilaporkan kepada masyarakat berlaku 24 jam ke depan (pkl 15.00 tgl (n) sampai pkl 15.00 tgl (n+1)) |
ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemar utama, yaitu: karbon
monoksida (CO), sulfur
dioksida (SO2), nitrogen
dioksida (NO2), Ozon permukaan (O3),
dan partikel debu (PM10).
Di Indonesia ISPU diatur berdasarkan Keputusan Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997.
Tabel
Indeks Standar Pencemar Udara
ISPU
|
Pencemaran Udara
Level |
Dampak kesehatan
|
0 - 50
|
Baik
|
tidak memberikan dampak bagi kesehatan manusia atau hewan.
|
51 - 100
|
Sedang
|
tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi
berpengaruh pada tumbuhan yang peka.
|
101 - 199
|
Tidak Sehat
|
bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang peka
atau dapat menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
|
200 - 299
|
Sangat Tidak Sehat
|
kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah
segmen populasi yang terpapar.
|
300 - 500
|
Berbahaya
|
kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan
kesehatan yang serius pada populasi (misalnya iritasi mata, batuk, dahak dan
sakit tenggorokan).
|
BAB IV
Realita lapangan
Polusi asap Asia Tenggara 2015 adalah pencemaran udara oleh kabut dan asap yang terjadi
akibat kebakaran hutan di provinsi Riau, Jambi dan Sumatra
Selatan di Pulau Sumatra
dan juga Pulau Kalimantan, Indonesia dari
Juni 2015 hingga saat ini. Pada 14 September 2015, keadaan
darurat ditetapkan di provinsi Riau dikarenakan tingkat
pencemaran yang melebihi batas berbahaya. Dilaporkan ribuan warga terpaksa
keluar dari ibukota Pekanbaru, terutama anak-anak dan ibu hamil. Selain di Pulau
Sumatra, kabut asap juga dirasakan di Kalimantan, Singapura, dan Malaysia.
Kombinasi
kebakaran hutan dan musim kemarau menyebabkan polusi asap
terjadi hampir setiap tahun di Indonesia, terutama di provinsi-provinsi yang
pembakaran lahan ilegal dilakukan secara rutin untuk melakukan peladangan. Pembebasan lahan untuk ditanami kelapa sawit merupakan salah satunya.
Hampir sepanjang tahun hal ini berkontribusi besar pada jumlah polusi yang
dihasilkan.
Pada tanggal 14
September 2015, Indeks Standar Pencemaran Udara di Kota Pekanbaru, Riau
mencapai 984 psi yang jauh berada diatas batas kualitas udara sehat yang
seharusnya lebih kecil dari 50 psi. Pada tanggal 15
September Indeks Pencemaran Udara di Kuala
Selangor, Malaysia mencapai angka 200.
Sekolah-sekolah
di Kota Pekanbaru, Riau terpaksa meliburkan siswa
untuk menghindari bahaya kesehatan untuk siswa. Pada 15 September 2015,
pemerintah di Malaysia memerintah kan penutupan sekolah-sekolah di Kuala Lumpur, Selangor, Melaka dan Negeri Sembilan.
Pada tanggal 14
September 2015, 70 penerbangan di Bandar
Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru, Riau dibatalkan karena kabut asap.
Walaupun demikian otoritas bandar udara belum menutup seluruh aktivitas bandar
udara. Polusi asap menyebabkan penundaan dan pembatalan penerbangan
"setiap hari" di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan,Kalimantan Timur.
Pada 14 September
2015, tingkat polusi di Singapura mencapai rentang
"sangat tidak sehat" menurut National Environment Agency negara
tersebut. Asap tebal dan bau hangus meliputi negara ini, dan berbagai
kegiatan luar ruangan harus dibatalkan. Panitia GP Formula 1 Singapura, yang dijadwalkan pada 20-22 September, juga
memantau perkembangan ini dengan ketat.
BNPB juga telah mengerahkan 19 helikopter water booming, 4 pesawat hujan
buatan, peralatan pompa air, masker, serta bantuan dana operasional. Hingga kini,
sudah ada tiga provinsi yang telah menyatakan status tanggap darurat yakni
riau, jambi, dan Kalimantan tengah. Sementara sumatera selatan, Kalimantan barat,
dan Kalimantan selatan masih dalam siaga darurat.
BAB V
KESIMPULAN
-
Kabut asap adalah
kumpulan asap dan kabut yang bercampur menjadi satu kesatuan. Yang memiliki
nilai kandungan halimun airnya lebih besar dari 0,1 Milimeter. Kabut bisa
terbentuk ketika kelembaban relatif udara sudah mencapai 100%”
-
Secara umum kabut asap dapat mengganggu kesehatan semua orang, baik
yang dalam kondisi sehat maupun dalam kondisi sakit. Pada kondisi kesehatan
tertentu, orang akan menjadi lebih mudah mengalami gannguan kesehatan akibat
kabut asap dibandingkan orang lain, khususnya pada orang dengan gangguan paru
dan jantung, lansia, dan anak-anak.
-
Kabut asap berdampak terhadap kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi, dampak terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan, dampak terhadap
hubungan antar negara, serta dampak terhadap perhubungan dan pariwisata.
-
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar