Pengertian Pemuda
Ialah kita ketahui bahwa pemuda atau generasi muda merupakan
konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai. hal ini
merupakan pengertian idiologis dan kultural daripada pengertian ini. Di
dalam masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai
penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan
bangsanya karma pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa
siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.
Ada beberapa kedudukan pemuda dalam pertanggungjawabannya atas tatanan masyarakat, antara lain:
a. Kemurnian idealismenya
b. Keberanian dan Keterbukaanya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan yang baru
c. Semangat pengabdiannya
d. Sepontanitas dan dinamikanya
e. Inovasi dan kreativitasnya
f. Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru
g. Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan keperibadiannya yang mandiri
h. Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelevansikan pendapat, sikap dan tindakanya dengan kenyataan yang ada.
Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuahkelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
Internalisasi belajar & sosialisasi
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana
seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara
hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam
masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi
primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat).
Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total,
yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi
tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah
dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama
menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.
>Sosialisai primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer
sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan
belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer
berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke
sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga.
Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di
sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi
sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara
terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh
warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota
keluarga terdekatnya.
>Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah
sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok
tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya
adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi,
seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses
desosialisasi, seseorang mengalami ‘pencabutan’ identitas diri yang
lama.
Internalisasi adalah proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak
berhenti sampai institusionalisasi saja,akan tetapi mungkin norma-norma
tersebut sudah mendarah daging dalam jiwa anggota-anggota masyarakat.
Norma-norma ini kadang dibedakan antara norma-norma ;
- Norma-norma yang mengatur pribadi yang mencakup norma
kepercayaan yang bertujuan agar manusia berhati nurani yang bersih.
- Norma-norma yang mengatur hubungan pribadi, mencakup
kaidah kesopanan dan kaidah hukum serta mempunyai tujuan agar manusia
bertingkah laku yang baik dalam pergaulan hidup dan bertujuan untuk
mencapai kedamaian hidup.
Proses sosialisasi
-Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya,
termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga
anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan
“mam”. Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak.
Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut
dengan kenyataan yang dialaminya.
-Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.
Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa
nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari
tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang
ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada
posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa
dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk.
Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting
bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
-Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang
secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya
menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga
memungkinkan adanya kemampuan bermainsecara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluargadan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin
banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan
dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang
berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami.
Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
-Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa.
Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas.
Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan
orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat
luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja
sama–bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya– secara mantap.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga
masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Peranan sosial mahasiswa & pemuda di masyarakat
Mahasiswa adalah kelompok pelajar yang bisa dikatakan sebagai
golongan terdidik, karena mampu untuk mengenyam pendidikan tinggi, di
saat sebagian yang lain dalam usia yang sama masih bergelut dengan
kemiskinan dan keterbatasan biaya dalam mengakses pendidikan, terutama
pendidikan tinggi.
Predikat tersebut tentulah dapat disinonimkan bahwa mahasiswa
merupakan kaum intelektual, yang mempunyai basis keilmuan yang kuat
sesuai dengan jurusan yang diambil masing-masing mahasiswa, yang berarti
kemampuan akademik mahasiswa dapat diandalkan sebagai salah satu asset
negara ini. Tetapi, mahasiswa juga merupakan sebuah entitas social yang
selalu berinteraksi dengan masyarakat dari segala jenis lapisan,
sehingga dalam hal ini mahasiswa pun dituntut untuk memainkan peran
aktif dalam kehidupan social kemasyarakatan.
Pemuda adalah tulang punggung masyarakat. Generasi tua memilki
keterbatasan untuk memajukan bangsa. Generasi muda harus mengambil
peranan yang menentukan dalam hal ini. Dengan semangat menyala-nyala dan
tekad yang membaja serta visi dan kemauan untuk menerima perubahan yang
dinamis pemuda menjadi motor bagi pembangunan masyarakat. Sejarah
membuktikan, bahwa perubahan hampir selalu dimotori oleh kalangan muda.
Sumpah Pemuda, Proklamasi, Pemberantasan PKI, lahirnya orde baru, bahkan
peristiwa turunnya diktator Soeharto dari singgasana kepresidenan
seluruhnya dimotori oleh kaum muda. kaum muda pula yang selalu
memberikan umpan balik yang kritis terhadap pongahnya kekuasaan.
PEMUDA DAN IDENTITAS
Pola dasar pembinaan dan perkembangan generasi muda
Pola dasar pembinaan dan pembangunan generasi muda ditetapkan oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Keputusan Menteri Pendidkan dan
Kebudayaan nomor : 0323/U/1978 tanggal 28 oktober 1978. Tujuannya agar
semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam poenanganannya
benar-benar menggunakannya sebagai pedoman sehingga pelaksanaanya dapat
terarah, menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai sasaran dan tujuan
yang dimaiksud.
Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda disusun berlandaskan :
1. Landasan Idiil : Pancasila
2. Landasan Konstitusional : Undang-undang dasar 1945
3. Landasan Strategi : Garis-garis Besar Haluan Negara
4. Landasan Histories : Sumpah Pemuda dan Proklamasi
5. Landasan Normatif : Tata nilai ditengah masyarakat.
Motivasi asas pembinaan dan pengembangan generasi muda bertumpu pada
strategi pencapaian tujuan nasional, seperti disebutkan dalam pembukaan
UUD 1945 alinia IV.
Atas dasar kenyataan ini, diperlukan penataan
kehidupan pemuda sehingga mereka mampu memainkan peranan yang penting
dalam masa depan sekalipun disadari bahwa masa depan tersebut tidak
berdiri sendiri. Masa depan adalah lanjutan masa sekarang, dan masa
sekarang adalah hasil masa lampau. Dalam hal ini, pembinaan dan
pengembangan generasi muda haruslah menanamkan motivasi kepekaan
terhadap masa datang sebagai bagian mutlak masa kini. Kepekaan terhadap
masa datang membutuhkan pula kepekaan terhadap situasi-situasi
lingkungan untuk merelevansikan partisipannya dalam setiap kegiatan
bangsa dan negara. Untuk itu, kualitas kesejahteraan yang membawa
nilai-nilai dasar bangsa merupakan faktor penentu yang mewarnai
pembinaan generasi muda dan bangsa dalam memasuki masa datang.
Tanpa ikut sertanya generasi muda, tujuan pembangunan ini sulit
tercapai. Hal ini bukan saja karena pemuda merupakan lapisan masyarakat
yang cukup besar, tetapi tanpa kegairahan dan kreativitas mereka,
pembangunan jangka panjang dapat kehilangan keseimbangannya.
Apabila
pemuda masa sekarang terpisah dari persoalan masyarakatnya, sulit
terwujud pemimpin masa datang yang dapat memimpin bangsanya sendiri.
Dalam hal ini, pembinaan dan pengembangan generasi muda menyangkut dua pengertian pokok, yaitu :
1.
Generasi muda sebagai subjek pembinaan dan pengembangan adalah mereka
yang telah memiliki bekal dan kemampuan serta landasan untuk mandiri dan
ketrlibatannya pun secara fungsional bersama potensi lainnya guna
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa.
2. Generasi muda
sebagai objek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang masih
memerlukan pembinaan dan pengembangan kea rah pertumbuhan potensi dan
kemampuan ketingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang
melibatkan secara fungsional.
Pengertian pokok dan pembinaan dan pengembangan generasi muda
Dalam hal ini Pembinaan dan pengembangan generasi muda menyangkut dua pengertian pokok yaitu :
a. Generasi muda sebagai subyek pembinaan dan pengembangan adalah
mereka yang telah memiliki bekal-bekal dan kemampuan serta landasan
untuk dapat mandiri dalam keterlibatannya secara fungsional bersama
potensi lainnya, guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bengsa
dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara serta pembangunan
nasional.
b. Generasi muda sebagai obyek pembinaan dan pengembangan ialah
mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah
pertumbuhan potensi dan kemampuan –kemampuannya ke tingkat yang optimal
dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara fugsional
Masalah-masalah generasi muda
Saat ini generasi muda khususnya remaja, telah digembleng berbagai
disiplin ilmu. Hal itu tak lain adalah persiapan mengemban tugas
pembangungan pada masa yang akan datang, masa penyerahan tanggung jawab
dari generasi tua ke generasi muda. Sudah banyak generasi muda yang
menyadari peranan dan tanggung jawabnya terhadap negara di masa yang
akan datang. Tetapi, dibalik semua itu ada sebagian generasi muda yang
kurang menyadari tanggung jawabnya sebagai generasi penerus bangsa.
Adapun masalah yang dihadapi remaja masa kini antara lain :
1. kebutuhan akan figur teladan
Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai2 luhur yang berlangsung
dari keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar nasihat2 bagus
yagn tinggal hanya kata2 indah.
2. sikap apatis
Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada
saat yang b ersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis
ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di
masyarakatnya.
3. kecemasan dan kurangnya harga diri
Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak
kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian”
(memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang, seks dan
lainnya).
4. ketidakmampuan untuk terlibat
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir
ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara emosional
maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat.
Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan dengan uang.
5. perasaan tidak berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi
semakin menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern.
Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa
kita untuk pertama-tama berpikir tentang keselamatan diri kita di
tengah2 masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya
menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik
atau ijasah.
6. pemujaan akan pengalaman
sebagian besar tindakan2 negatif anak muda dengan minumam keras,
obat2an dan seks pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba.
Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan yagn
keliru tentang pengalaman.
Potensi-potensi generasi muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut :
>Idealisme dan Daya Kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada,
sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar
mampu mencari gagasan baru. yang
>Dinamika dan Kreativitas
Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki
potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan untuk
mengadakan perubahan, pembaharuan,
>Keberanian Mengambil Resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko
dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu
diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan.
>Optimis dan Kegairahan Semangat Kegagalan tidak menyebabkan
generasi muda patah semangat. Optimisme dan kegairahan semangat yang
dimiliki generasi muda merupakan daya pendorong untuk mencoba lebih maju
lagi.
>Sikap Kemandirian dan Disiplin Murni Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan tindakannya.
>Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah, secara
menyeluruh baik dalam arti kualitatif maupun dalam arti kuantitatif.
>Keanekaragaman dalam Persatuan dan Kesatuan
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari keanekaragaman
masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi hambatan jika
dihayati secara sempit dan eksklusif.
>Patriotisme dan Nasionalisme
Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan, dan turut serta memiliki bangsa
dan negara dikalangan generasi muda perlu digalakkan karena pada
gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapan mereka
untuk membela dan mempertahankan NKRI.
>Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi
Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka
pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat
dikembangkan sebagai Transformator dan Dinamisator.
Tujuan pokok sosialisasi
Tujuan Sosialisasi
Sosialisasi mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. memberikan keterampilan kepada seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat
b. mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif
c. membantu mengendalikan fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
d. Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat.
3.PERGURUAN DAN PENDIDIKAN
Mengembangkan potensi generasi muda
Generasi muda memiliki peranan penting dalam memajukan dan
meningkatkan pembangunan. Begitu banyak potensi yang dimiliki oleh
generasi muda, mereka mampu berkarya dan berekspresi dengan bebas
,tetapi masih dalam lingkup yang sewajarnya dan tidak menyalahi aturan.
Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga,
orang tua dapat mengembangkan potensi anak mereka sejak berusia balita,
orang tua dapat mengarahkan apa dan kemana potensi yang dimiliki oleh
anak mereka sehingga lahirlah generasi muda yang memiliki potensi sesuai
minat masing-masing anak.
Generasi muda dapat mengembangkan potensi mereka melalui hoby atau
kesenangan masing-masing, contohnya jika anak menyukai musik maka ia
bisa mengembangkan potensinya dengan membuat sebuah band atau mengikuti
kursus bermain musik sehingga potensi anak tersebut redup tanpa ada
perkembangan.
Potensi generasi muda juga dapat membangun rasa bangga pada diri
sendiri. Keluarga dan negara juga merasa bangga atas potensi yang
dimiliki oleh anggota keluarga atau sebagai masyarakat. Tapi bagaimana
jika generasi muda saat ini mengisi hari mereka dengan hanya
menghabiskan uang orang tua dengan membeli barang-barang yang tidak
terlalu dibutuhkan, Sex di luar nikah, penyalahgunaan obat narkotika tak
dapat dihindari, mabuk-mabukan (minum-minuman keras), dan masih banyak
lagi hal-hal lain yang sangat menyedihkan. Disinilah peran orang tua
sangat dibutuhkan orang tua dapat mengarahkan sejak dini kemana arah
yang paling tepat dan baik untuk perkembangan anak mereka sehingga
generasi muda dapat memiliki potensi yang sangat berguna bagi nusa dan
bangsa.
Di negara-negara maju, salah satu di antaranya adalah Amerika
Serikat, para mahasiswa sebagai bagian generasi muda, didorong,
dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba
menciptakan suatu ide / gagasan yang harus diwujudkan dalam suatu
bentuk barang, dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri.
Penegrtian pendidikan dan perguruan tinggi
Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam —
sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka — walaupun
pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
>Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9
(sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
>Pendidikan menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
>Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis
yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan
tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan
tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen.
Menurut jenisnya perguruan tinggi dibagi menjadi 2 :
1. Perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh Negara
2. Perguruan tinggi swasta, adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh swasta
Alasan-alasan untuk berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi
Pembicaraan tentang generasi muda/pemuda, khususnya yang
berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi menjadi penting , karena
berbagai alasan.
Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh
pendidikan terbaik, mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang
masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk terlibat di dalam
pemikiran,pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang ada
dalam masyarakat. Kesempatan ini tidak tidak dimiliki oleh generasi
muda pemuda pada umumnya. Oleh karena itu, sungguh pun berubah-ubah,
namun mahasiswa termasuk yang terkemuka di dalam memberikan perhatian
terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat secara nasional.
Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama di bangku
sekolah, maka mahasiswa mendapatkan proses sosiaslisasi terpanjang
secara berencana dibandingkan dengan generasi muda/pemuda lainnya.
Melalui berbagai mata pelajaran seperti PMP, Sejarah, dan Antropologi
maka berbagai masalah kenegaraan dan kemasyarakatan dapat diketahui.
Ketiga,
mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat
menyatu dalam bentuk terjadinya akulturasi sosial dan budaya. Hal ini
akan memperkaya khasanah kebudayaannya , sehingga mampu melihat
Indonesia secara keseluruhan.
Keempat, mahasiswa sebagai kelompok
yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur
perekonomian dan prestise di dalam masyarakat, dengan sendirinya
merupakan elite di kalangan generasi muda/pemuda, umumnya mempunyai
latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan lebih baik dari
keseluruhan generasi muda lainnya. Dan adalah jelas bahwa mahasiswa pada
umumnya mempunyai pandangan yang lebih luas dan jauh ke depan serta
keterampilan berorganisasi yang lebih baik dibandingkan generasi muda
lainnya.
http://filzaah.wordpress.com/2013/11/10/pemuda-dan-sosialisasi/
Jumat, 21 November 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar