Jumat, 31 Oktober 2014

tugas softskill ilmu sosial dasar 1


Tugas softskill ilmu sosial dasar 1

Nama   : ahmad maftuh
Npm    : 20414580
Kelas   : 1ic10

Menganalisis proses social di lingkungan saya
            Disini saya menganalisa sebuah daerah perkampungan yang memang belum tersentuh dengan teknologi-teknologi canggih, pabrik-pabrik industry dan masih bisa dikatakan pedalaman.
Desa konang namanya, Perkampungan ini  berjarak ±42 km dari kota bangkalan yang memang termasuk desa perbatasan bagian barat pulau Madura dengan daerah bagian tengah. Butuh waktu ±2 jam pejalanan dari pusat kota dengan melewati jalan yang bergelombang dan sempit. disinilah saya di besarkan dengan bermacam-macam watak dan pergaulan yang berbeda dengan sebelumnnya karena perbedaan tempat dan waktu.
            Konang adalah desa yang agamis dimana sebagian besar penduduknya hidup  dalam lingkungan pesantren yang mayoritas penuh dengan pelajaran agama baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Sebagian besar dari pemuda-pemudinya setelah lulus sekolah dasar maupun sekolah menengah mereka di kirim ke lembaga pendidikan agama (pesantren) untuk menjadi seorang manusia yang memiliki ilmu dasar agama yang memang di butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Desa konang memiliki penduduk yang sopan, santun dan saling peduli baik yang muda ataupun yang sudah tua, hubungan warga antar desapun sangat harmonis. Mereka saling gotong royong dalam berbagai hal seperti, perbaikan jalan, perbaikan jembatan, dan lain-lain. Kamipun juga memiliki panitia-panitia khusus dalam bidangnya, seperti panitia remaja masjid (remas) yang berhubungan dengan agama dan social masyarakat.
            Di daerah saya memang penduduk asli yang sudah berabad-abad dan turun-temurun, maka tidak heran rasa kekeluargaan di antara kami sangat erat sekali, walaupun saya kelahiran Jakarta bukan berarti saya tidak akrab dengan warga di desa saya. Keakraban saya di mulai ketika saya masuk sekolah dasar di SD Negeri konang II. Disinilah interaksi yang saya rasakan begitu berbeda dengan di ibukota yang mayoritas mendahulukan kepentingan pribadinya. Masyarakat di desa saya berpegang teguh kepada prinsip leluhur “settong ateh, settong dere” (satu hati, satu darah) prinsip inilah yang membuat tali persaudaraan selalu kuat. Saya sebagai warga konang tentunya ikut membangun kemakmuran desa saya, seperti ikut andil dalam kegiatan perbaikan jalan, membendung sungai, dll. Di desa saya juga selalu di laksanakan acara pembacaan tahlil dan yasin yang diadakan setiap malam jumat secara bergantian dari satu rumah ke rumah lainnya demi menjaga tradisi sesepuh tedahulu untuk menjaga silaturrahmi  antar warga dan untuk saling mendoakan sesepuh yag sudah mendahului kami. Mayoritas kami hidup sebagai petani yang hidup dari hasil panen, tetapi bukan berarti kami tidak bahagia. Dengan hal ini kami saling bahu membahu menolong sesama semampu kami.
            Kami sangat menghormati orang yang lebih tua dari kami, siapapun itu, dan dimanapun berada. Contoh hal kecil yang sering kami lakukan ketika kami berkendara dan bertemu dengan yang lebih tua kamipun berjalan perlahan untuk mengucapkan salam atau “tak langkong” (permisi). Namun, bukan berarti yang lebih muda dihiraukan, kami pun sama melakukannya. Dan sayapun tak lupa menjaga rasa pertemanan sesama pemuda dengan sering bermain bersama, seperti main bola, main catur, bercanda gurau di waktu senggang. Antara kami memang memiliki pemahaman yang  berbeda tapi bukan berarti saling menjauhi, kami saling melengkapi satu sama lain tak ada perbadaan derajat kaya maupun muda bercampur padu demi menjaga tali persaudaraan. Tapi ada juga dari mereka yang memang memandang saya ketika berpapasan dengan meraka seakan ada hal yang tidak mereka suka, kemungkinan masalah antar keluarga yang tidak terselesaikan. Mereka hanya menatap tetapi tidak menegur walaupun saya sudah menyampaikan salam.
            Waktu malam bukan berarti sepi, di desa saya setiap malam selalu diadakan pengajian kitab, sholawatan, dll. Begitupun saya tak lupa untuk beberapa kali ikut dalam kegiatan tersebut, disamping penambah ilmu juga mendapatkan hal-hal lain yang belum tentu di dapat di dunia pendidikan formal. Saya hidup di dua kehidupan yang memiliki dua pegangan yang berbeda, diantara kami sekeluarga hanya saya yang melanjutkan ke pendidikan negeri, sehingga untuk memfilter dua perbedaan sangatlah sulit dilakukan. Saya tidak pernah meyerah dengan perbedaan dua lingkungan (pesantren dan negeri)  yang saya rasakan, karena disinilah banyak hal yang saya lakukan. Kehidupan saya di dasarkan kepada agama saya, dan hubungan social saya campurkan  antara percampuran santri dan umum dimana sulit sekali untuk dilakukan,,

            Demikian, penjelasan mengenai proses social yang saya lakukan di desa saya, desa konang, kecamatan konang, kabupaten bangkalan, jawa timur.

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

 
biz.